SEKOLAH DASAR NEGERI SINDANGWASA

SEKOLAH DASAR NEGERI SINDANGWASA KECAMATAN PALASAH KABUPATEN MAJALENGKA

Kamis, 20 Januari 2011

bagaimana tantangan mengajar di Sekolah Dasar ?

Mengajar anak SD ternyata nggak gampang. Kata orang, mengajar anak SD itu merupakan hal yang paling mudah. Tapi ternyata itulah hal tersulit apalagi mengajar anak SD kelas 1,2, dan 3. Pada usia-usia yang seperti itu, mereka sedang berada pada fase peralihan dari fase bermain ke fase belajar. Begitupun dengan keadaan psikologis mereka. Pikiran mereka masih ingin main, main, dan main. Nah disinilah dituntut peran guru yang memang benar-benar mampu mengimbangi keadaan psikologis anak dengan kewajiban si anak untuk belajar. Sang guru dituntut untuk mampu menarik perhatian si anak sehingga si anak tertarik dengan pelajaran yang sedang diajarkan. Anak didik akan menyukai dan senang denga satu mata pelajaran diawali dengan menyukai sang guru terlebih dahulu. Guru harus memiliki sifat flexible dan kreatif serta menghindari sifat monoton supaya anak murid tidak merasa bosan. Jika kondisi tersebut terjadi, maka guru bisa mengkombinasikan pelajaran dengan permainan. Buatlah pelajaran menjadi semenarik mungkin dengan menggunakan metode-metode yang disukai oleh anak didik. Sebagai contoh, dalam mengajarkan alphabet ataupun angka, guru bisa mengajarkannya sambil bernyanyi. Biasanya anak-anak akan tertarik dan ikut bernyanyi. Selain itu, dalam mengajarkan membaca, guru bisa mengajarkannya dengan menggunakan metode mendongeng.

Selain itu, jika mood mereka sedang jelek, sang guru deh yang harus mengalah dan kemudian menuruti mood si anak atau istilah pendidikannya memasuki dunia anak yang kemudian jika anak sudah bisa berbaur dengan guru maka guru harus mampu membawa mereka kembali ke dunia semula alias belajar – mengajar. Menjadi guru SD harus extra sabar. Disinilah kesabaran diuji. Jangan mudah marah dan jangan pantang menyerah dalam mengajar mereka. Guru terutama guru SD harus menghindari atau kalau bisa membuang jauh-jauh sifat pemarah dalam mengajar. Anak SD memiliki perasaan yang lebih peka dibandingkan dengan anak SMP ataupun anak SMA. Mereka lebih mudah untuk dekat, suka, dan benci pada sesuatu hal.

Saya juga mengajar anak SD. Saya telah mengajar sejak dua tahun yang lalu. Murid saya namanya Balqis (nama samaran). Dia duduk di bangku kelas 2 SD. Anaknya pintar, cerdas, cantik, suka cerita. Kalau sedang belajar, dia suka bercerita tentang teman-teman kelasnya, main tebak-tebakkan, dan. Tidak masalah bagi saya selama dia menangkap apa yang sedang saya ajarkan dan dia mengerti. Selain itu, saya sering memberi selingan dengan belajar buku cerita untuk melatih dia membaca .

Dalam mengajar anak SD yang sedang berada di dalam fase peralihan dari bermain ke fase belajar, guru jangan memaksa anak untuk terus belajar secara monoton. Mereka akan merasa jenuh dan bosan yang akan menjadi titik awal dari ketidaksukaan mereka terhadap pelajaran tersebut. Sesekali masuklah ke dalam dunia mereka dan bawa mereka kembali ke dunia kita untuk menarik perhatian mereka. Bersabar dalam menghadapi mereka adalah kunci utama untuk berhasil mendidik mereka menjadi anak yang pintar. Dan tetap semangat.!!!!

2 komentar:

  1. saya tertarik pada artikel yang ibu tulis di blog ini tp bagaimana jika anak kita susah sekolah? maksudnya engga mau sekolah?

    BalasHapus
  2. Pertama cobalah beri gambaran pada anak bahwa sekolah sangat penting bagi kehidupanya kelak. Misalnya dengan mengatakan, “jika Adek ingin jadi dokter harus rajin sekolah, biar bisa mengobati mama kalau sakit.” Selain itu, orangtua juga bisa mengambarkan bahwa sekolah adalah kegitan yang menyenangkan. Contohnya dengan cara mengatakan, di sekolah kamu bisa bertemu dan bermain teman-teman. Dengan banyak teman kalau kamu kesulitan banyak yang menolong. Di sekolah juga ada tempat bermain yang asyik yang nggak kamu temui di rumah.

    Kalaupun dengan tindakan itu, anak tetap berkeras tidak masuk sekolah, meskipun terpaksa, sesekali orangtua boleh menuruti keinginannya. Sebab jika dipaksakan sekolah, mungkin anak jadi BeTe dan akan merasa sekolah tak menyenangkan. Namun sebelumnya harus diberikan peringatan tegas dengan mengatakan, “untuk kali ini mama kasih ijin kamu nggak masuk sekolah, tapi adek harus cerita kenapa nggak mau sekolah.” Dengan cara tersebut, anak diberi kesempatan untuk mengutarakan alasannya, dan tidak hanya dipandang sebagai objek yang harus selalu menuruti apapun kemauan orangtua.

    BalasHapus

kamus sunda